Pecinan - Chinatown - 唐人街 - 华埠 - 中国城
Pecinan atau Kampung Tionghoa (atau
Chinatown dalam Bahasa Inggris) merujuk kepada sebuah wilayah kota yang
mayoritas penghuninya adalah orang Tionghoa. Pecinan banyak terdapat di
kota-kota besar di berbagai negara di mana orang Tionghoa merantau dan kemudian
menetap seperti di Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara Asia Tenggara.
Asal mula Pecinan
Pecinan pada dasarnya terbentuk karena 2 faktor yaitu faktor politik dan faktor sosial.
Pecinan pada dasarnya terbentuk karena 2 faktor yaitu faktor politik dan faktor sosial.
- Faktor politik berupa peraturan pemerintah lokal yang mengharuskan masyarakat Tionghoa dikonsentrasikan di wilayah-wilayah tertentu supaya lebih mudah diatur (Wijkenstelsel). Ini lumrah dijumpai di Indonesia di zaman Hindia Belanda karena pemerintah kolonial melakukan segregasi berdasarkan latar belakang rasial. Di waktu-waktu tertentu, malah diperlukan izin masuk atau keluar dari pecinan (Passenstelsel) semisal di pecinan Batavia.
- Faktor sosial berupa keinginan sendiri masyarakat Tionghoa untuk hidup berkelompok karena adanya perasaan aman dan dapat saling bantu-membantu. Ini sering dikaitkan dengan sifat ekslusif orang Tionghoa, namun sebenarnya sifat ekslusif ada pada etnis dan bangsa apapun, semisal adanya kampung Madras/ India di Medan, Indonesia; kampung Arab di Fujian, Cina atau pemukiman Yahudi di Shanghai, Cina.
Wijkenstelsel adalah aturan yang menciptakan
pemukiman etnis Tionghoa atau pecinan di sejumlah kota besar di Hindia Belanda.
Sejak pembantaian Tionghoa di Batavia tahun 1740, orang Tionghoa tidak
dibolehkan bermukim di sembarang tempat.
Target pemerintah kolonial untuk
mencegah interaksi pribumi dengan etnis Tionghoa melalui aturan Passenstelsel
dan Wijkenstelsel itu menciptakan konsentrasi kegiatan ekonomi orang Tionghoa
di perkotaan. Ketika perekonomian dunia beralih ke sektor industri, orang-orang
Tionghoa ini yang paling siap dengan spesialisasi usaha makanan-minuman, jamu,
peralatan rumah tangga, bahan bangunan, pemintalan, batik, kretek dan
transportasi.
Passenstelsel adalah peraturan yang mengharuskan orang
Tionghoa membawa kartu pass jalan jika mengadakan perjalanan keluar daerah,
yang berlaku sejak 1816. Bagi mereka yang tidak mendaftarkan diri dan kedapatan
tidak membawa kartu tersebut dalam perjalanan dikenai sanksi hukuman atau denda
10 gulden.
Peraturan ini sangat merepotkan
orang Tionghoa, terutama untuk mengembangkan usaha perdagangan mereka.Prosedur
untuk mendapatkan sehelai kartu passenstelsel sulit dan membutuhkan waktu
panjang. Praktek ini mengakibatkan distribusi barang-barang dagangan dan
komoditas pertanian dari daerah pinggiran ke kota atau sebaliknya jadi
tersendat-sendat.
Peraturan passenstelsel pada zaman
Belanda diberlakukan kembali oleh pendudukan Jepang.
Pecinan
berasal dari bahasa Jawa yang berarti suatu wilayah (tempat tinggal) yang
mayoritas penghuninya adalah warga Tionghoa.Selain sebagai pusat hunian warga
keturunan Tionghoa, Pecinan juga berfungsi sebagai pusat ekonomi dan
perdagangan.Dalam bahasa Inggris, Pecinan disebut Chinatown.
Hampir
di setiap kota besar terdapat wilayah Pecinan, yang sering disebut juga sebagai
Kampung Tionghoa. Pecinan yang terkenal di Jawa adalah Pecinan di kota Jakarta,
Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta dan Magelang. Kawasan Pecinan yang bisa
kita temui di Jakarta adalah kawasan Glodok, Jakarta Barat.Kawasan ini
disebut-sebut sebagai Pecinan terbesar di Indonesia dan dunia.
Di
daerah Pecinan umumnya terdiri dari ruko (singkatan dari “rumah toko”) dan
terdapat kelenteng (dulunya disebut kuil) yang merupakan tempat bersembahyang /
tempat pemujaan dewa – dewi kepercayaan warga Tionghoa.Ruko yang ada di
sepanjang Pecinan digunakan untuk tempat berdagang / berjualan sekaligus tempat tinggal warga
Tionghoa.Bangunan dan rumah yang ada di kawasan Pecinan dapat terlihat dari
ciri – ciri fisiknya yang pada umumnya berupa bangunan berlantai dua.Lantai
satu pada umumnya dipakai sebagai tempat usaha, sedangkan lantai dua sebagai
tempat tinggal.
Di luar negeri seperti Kanada,
Amerika Serikat, dan Asia Tenggara, Pecinan merupakan kawasan tempat tinggal
orang Tionghoa yang merantau dan kemudian menetap di sana.
Pecinan Yogyakarta, Kawasan Dagang Bersejarah
Sebuah kampung bersejarah sebenarnya
selalu dilewati banyak orang jika berjalan ke selatan Malioboro, namun kadang pesonanya terlewatkan karena orang sudah
terlalu asyik berbelanja.Kampung bernama Kampung Pecinan (kini Jalan Pecinan
diganti dengan nama Jalan Ahmad Yani) itu adalah tempat dimulainya kesuksesan
pedagang Tionghoa di Yogyakarta. Mengelilinginya, anda akan menjumpai beberapa
toko dan kios bersejarah yang berusia puluhan tahun.
Anda bisa memulai perjalanan keliling dari bagian samping
kampung itu, tepatnya di jalan sebelah Toko Batik Terang Bulan.Sampai di gang
pertama, anda bisa berbelok ke kiri untuk menemukan tempat pengobatan Tionghoa
yang cukup legendaris.Di tempat itulah dulu seorang tabib ampuh mengobati
penyakit patah tulang, hanya bermodalkan bubuk campuran tanaman obat yang
ditempelkan pada permukaan kulit bagian tubuh yang tulangnya patah.
Berjalan keluar dari gang itu dan menuju arah timur, anda
bisa menemukan berbagai kios-kios barang dan jasa dengan dinding umumnya
berwarna putih.Salah satunya adalah kios permak gigi tradisional Tionghoa yang
melayani pemutihan gigi, penambahan aksesoris gigi untuk mempercantiknya hingga
bermacam perawatan untuk menjadikannya semakin menawan. Kios jasa perawatan
gigi itu biasanya memiliki tembok berwarna krem dengan jendela depan bergambar
gigi.
ARSITEKTUR CHINA
Arsitektur Cina mengacu pada suatu gaya arsitektur yang telah menjelma dan terwujudkan di Asia dalam berabad-abad yang lalu. Prinsip struktral dari Arsitektur Cina sudah tinggal dan bertahan sebagian besar tanpa perubahan, perubahan yang utama yang sedang hanya detil yang menghias. Karena sejak Dinasti Tang, Arsitektur Cina pasti mempunyai suatu pengaruh utama pada gaya Arsitektur Jepang, Korea, Taiwan dan Vietnam.
Ada corak
tertentu yang umum dalam Arsitektur Cina, dengan mengabaikan daerah spesifik
atau penggunaan.Yang paling utama dalam gaya arsitektur
china adalah penekanannya pada bidang horisontal, khususnya pada panggung yang
berat dan suatu atap yang luas dan terlihat mengapung di atas dasar tanah,
dengan dinding yang berpola vertikal.Begitu berlawanan dengan Arsitektur
Barat, yang mana cenderung untuk berkembang dalam tinggi bangunan dan kedalaman
bangunan, Arsitektur Cina menekankan pada dampak visuil dari jarak menyangkut
bangunan tersebut.
pekerjaan ubin atap kuning dan dinding merah
gambaran kota besar terlarang terlihat dari bangunan di bawah salju.
Ular naga Cina, suatu simbol lencana yang disediakan dalam rejim kerajaan, berat dan digunakan pada arsitektur kerajaan letaknya pada atap, pada balok dan tiang, dan pada pintu (lihat gambar 1.6). Hanya bangunan yang digunakan oleh keluarga kerajaan yang diijinkan untuk mempunyai sembilan gan ( ruang antara dua kolom) hanya gerbang yang digunakan oleh Kaisar bisa mempunyai lima bangunan melengkung, dengan satu pusat, tentu saja yang disediakan untuk Kaisar.